Adaptasi Manusia Terhadap Lingkungan

Adaptasi manusia dalam arti luas dimaksudkan sebagai aktivitas-aktivitas manusia dalam mengatur dan mengelola lingkungan untuk mempertahankan kehidupannya sesuai dengan tingkat budaya yang dimiliki. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa adaptasi budaya tidak semata-mata bergantung pada lingkungan alam, melainkan sebagai proses kreatif manusia dengan kemampuan menyesuaikan budaya yang dimilikinya terhadap tantangan lingkungan alam yang tidak dapat dihindarkan.

Campur tangan manusia dan juga ekosistem, sangat menentukan kualitas lingkungannya.
Menurut Darryl Force (1974), antara lingkungan dengan kegiatan manusia selalu terdapat perantara yang menghubungkan, antara lain berupa tujuan, nilai-nilai, seperangkat pengetahuan dan kepercayaan, yang kesemuanya disebut sebagai pola-pola kebudayaan. Dengan kebudayaan, manusia dapat memahami dan menafsirkan lingkungan beserta seluruh isinya, menyeleksi dan memanfaatkan hal-hal yang berguna baginya. Kondisi kebudayaan sekelompok manusia menentukan tingkat pemahaman dan cara penafsirannya tentang lingkungan. Dengan kata lain manusia melakukan adaptasi dengan kemampuan sosial budayanya.

Adaptasi manusia terhadap lingkungan, baik berupa tantangan dan ancaman bahaya maupun perubahan lingkungan, dikaji dengan memasukan masyarakat sebagai bagian dari lingkungan yang dihadapi manusia. Setiap mahluk hidup termasuk manusia dalam batas tertentu mempunyai kelenturan,keluwesan dan elastisitas untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Semakin besar kemampuan manusia beradaptasi, maka semakin besar pula kemampuannya untuk meneruskan kehidupan dan bergenerasi karena dapat menempati habitat yang semakin beraneka pula.
Manusia merupakan mahluk yang mempunyai kemampuan beradaptasi paling besar dibandinghkan dengan mahluk lain di muka bumi.

Ada tiga cara mahluk hidup dalam melakukan adaptasi, yaitu :
1. Adaptasi fisiologi, misalnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya terbiasa minum, mandi maupun masak dari sumber air yang tercemar, umumnya mereka memiliki tingkat imunitas yang relatif tinggi terhadap serangan infeksi muntaber.
2. Adaptasi morfologi, misalnya suku bangsa Indian yang tinggal di pegunungan Andes yang tinggi dan miskin oksigen, organ tubuhnya mampu beradaptasi terhadap kadar oksigen yang ada melalui perubahan bentuk paru-parunya menjadi lebih besar.
3. Adaptasi perilaku misalnya masyarakat korban gempa di Yogyakarta dan sekitarnya yang biasa hidup dengan normal harus beradaptasi dengan keadaan setelah terjadi gempa. Mereka harus tidur diluar rumah tanpa penerangan (listrik), memasak dengan kayu bakar, dan sebagainya.

Penyesuaian diri manusia (adaptasi) terhadap lingkungannya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Adaptasi eksternal, yaitu proses penyesuaian diri terhadap lingkunhan sekitar tempat dia hidup.
2. Adaptasi internal, yaitu proses penyesuaian diri terhadap mhluk hidupnsejenis atau mahluk hidup jenis lain yang ada pada lingkungan sekitar tempat dia hidup.

Definisi yang lebih lengkap disusun oleh Rapaport (1971), yang menyatakan bahwa adaptasi adalah suatu proses mahluk hidup atau kelompok mahluk hidup yang mengubah keadaan, struktur ata susunan-susunan mereka secara responsif memelihara keseimbangan (homeostatis) didalam dan diantara mereka sendiri untuk jangka pendek dan perubahan susunan atau struktur lingkungan mereka dalam jangka panjang.

Definisi tersebut mengandung dua pengertian, yaitu :
1. Adaptasi sebagai perilaku responsif mahluk hidup dalam mengubah keadaan mereka untuk menghadapi lingkungan yang berubah.
2. Adaptasi sebagai perilaku secara responsif memelihara keseimbangan mereka dengan jalan melakukan perubahan terhadap lingkungannya.
Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar

Mau tau apa komentar kamu ?EmoticonEmoticon

Hosting Unlimited Indonesia